Sejarah
tidak pernah luput dari kehidupan kita. Tanpa sejarah proses perjalanan hidup
kita menjadi hampa dan tiada bernilai karena dialami dengan tanpa ada artinya.
Usaha
untuk membantu orang lain itu pun tidak semudah yang dibayangkan. Banyak hal yang
menghalangi untuk beliau membuka yayasan yang sekarang telah berjalan selama 10
tahun. Hanya berijazah S-6 yang gurauan beliau selalu bahwa SR-6 setingkat
dengan SD di masa lampau. Beliau bernama Mupida Rahmatyang telah berusia 68
tahun.
Sejarah
28 Juli 2003 panti ini mulai
berdiri. Kocek beliau pun juga harus di keluarkan. Untuk membuat panti asuhan ini, beliau
sendiri tidak memiliki uang sedikitpun. Apalagi membayar biaya notaris agar
panti beliau memiliki legalitas yang sah di mata hukum. Tapi dengan penuh ke
tawadu’an, beliau pergi ke kantor
notaris yang berada dekat di rumah beliau. Sebelum masuk kantor notaris, beliau
membaca ayat kursi sebanyak 7x dan memohon kemudahan kepada Alloh agar segala
persoalan yang menyangkut dengan legalnya panti beliau dimudahkan. Dan sang
notaris pun tak percaya dengan apa yang dilakukan beliau,” membuka usaha kenapa
tidak memiliki uang? Selama ini ibu membiayai panti yang telah berjalan ini
bagaimana?”, pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di telinga beliau.
Pengorbanan
dan kegigihan beliau juga merupakan awal mula perjalanan dari sebuah bangunan
rumah yang ditempati oleh seorang ibu karena sang suami telah meninggal dunia.
Anak panti yang berjumlah 20 orang dari santri putra dan santri putri ada 5
orang. Pendapatan yang diperoleh sekarang berasal dari donatur dan juga
pendapatan dari usaha yang dikembangkan oleh panti yang dikelola oleh ibu
Mupida tersebut. Pengurus panti ada 8
orang yang tinggal di panti. Dan Sudah ada 10 angkatan yang diluluskan dari
panti ini, menariknya si ibu tidak pernah memaksa anak-anak panti yang telah
lulus untuk mengabdi di panti. Tapi, semua keputusan itu ada di tangan
mereka.
Ada
3 usaha yang Sirup jeruk kunci, yang telah diproduksi bogor. Jeruk kunci
diimpor dari daerah bangka. Jeruk yang kecil-kecil yang diambil sari-sarinya,
ditambahkan gula dan distrelisasikan. Sirup diproduksi jika pesanan ada. Sirup
jeruk kunci dan batik yang dikelola oleh keluarga sendiri dengan pekerja
sebanyak 2-3 orang. Sirup sudah berproduksi di bogor, sedangkan batik
diproduksi di dinas Kab Belitung. Sirup
diproduksi sesuai dengan pesanan, terkadang dua kali, tiga kali atau
juga satu kali selama satu minggu. Sedangkan batik dibuat sesuai dengan pesanan
pelanggan.
Sirup
jeruk kunci awalnya bermula dari coba-coba. Dan ternyata hasilnya memuaskan,
selanjutnya beliau mencoba untuk mendistribusikannya di belitung, di taruh di
toko-toko. Rasanya yang asam-asam manis membuat usaha ini menjadi semakin
berkembang.
Sebelumnya,
sirup-sirup tersebut diantar ke toko-toko yang ada di sekitar rumah dan juga
supermarket. Ada lagi butik kecil-kecilan
yang ada di dalam rumah. Ada pelanggan yang membeli pakaian-pakaian beliau
dengan mengunjungi panti beliau. Lumayan banyak yang membeli juga dengan
berkunjung ke panti dan melihat beberapa usaha yang ada disana. Ada lagi batik
yang diproduksi sendiri dan produksinya baru diajukan ke Dinas Belitung. Namun,
produksi berjalan dengan adanya langganan.
Panti
beliau dijalankan dengan adanya bantuan dari anak-anaknya juga cucunya. Beliau
mengatakan bahwa “ Mana ada orang yang mau di bayar Rp. 500.000,- kerja dari pagi sampai dengan isya”?, ucap
beliau. Beliau tidak pernah memaksa anak-anak yang pernah dibimbingnya selama
ini untuk mengabdi di panti. Belliau menyerahkan semuanya kepada anak-anaknya
sekaranng untuk meneruskan panti ini agar bisa berkembang dan semakin maju.
Kisah sukses panti
dengan usahanya
“
Tidak ada cita-cita awal untuk mendirikan yayasan ini ”, ucap beliau. Beliau
hanya ingin menyumbangkan sebagian tanah yang dimilikinya untuk masyarakat
selepas kepergian suaminya menghadap Illahi. Awal ide yang terfikir oleh beliau
adalah mendirikan paguyuban untuk bapak-bapak, namun karena tidak ada paguyuban
untuk bapak-bapak, akhirnya beliau berfikir untuk mendirikan yang lain. Terfikir lagi ide untuk
mendirikan mesjid di dalam lingkungan rumahnya. Namun, karena sudah ada 3 mesjid
yang berada dekat rumah dan hanya satu yang masih dipakai untuk sholat jum’at, sedangkan
2 mesjid lagi belum dipergunakan untuk sholat jum’at. Bagaimana lagi..., kalau
dibangun mesjid baru lagi...sementara mesjid yang lain juga belum dipergunakan
untuk sholat jum’at. Sehingga ide pun tertolak lagi. Dan terfikir lagi oleh si
ibu untuk membuat yayasan Kanker Liver karena suami beliau meninggal mengidap
penyakit Kanker Liver. Namun, bila yayasan tersebut dibangun, “ Bagaimana
dengan dananya, berasal dari mana? Karena dana yang diperlukan sangatlah besar”,
kritikan anak-anak beliau. Maka dayapun sudah tak adalagi tuk membangun yayasan
karena banyaknya kendala yang beliau
hadapi. Namun, ada hal yang membuat yayasan yang telah beroperasi selama 10
tahun ini berdiri adalah kisah anaknya yang bungsu pada saat itu sudah lulus
SMA. Dan berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan menjadi seorang ABRI.
Ketika anak bungsu beliau lulus SMA,
beliau mensyukuri hal itu dengan melaksanakan puasa nabi Daud selama 1 tahun
dan puasa senin-kamis pun tak ketinggalan untuk beliau kerjakan, tapi nasib
berkata lain, ketika anak beliau tidak
lulus mengikuti serangkaian tes masuk ABRI. Jadi, beliau mencari anak-anak yang
berada diperkampungan, beliau menyantuni anak-anak non panti disamping
anak-anak yang ada di panti. Beliau mencari anak-anak sekolah yang masih
berasal dari keluarga ABRI dan terutama
GOLKAR,
MDI. Organisasi yang digeluti beliau adalah karena beliau hanya lulusan SD.
Kegigihan beliau untuk mencari ilmu sangaty besar, karena beliau malu bagaimana
bisa mendidik anak, sementara dirinya hanya lulusan SR/SD. Dan itu membuat
beliau harus bisa, karena tidak mungkin beliau mengajarkan anaknya sementara
dia sendiri bodoh karena hanay lulusan SR 6. karena bagaimanapun segala sesuatu
bisa kalau kita mau. Minat baca beliau besar, dari bungkusan belanjaan yang
berisi buku sobekan itu, beliau kumpulkan dan beliau baca dan menjadi referensi
beliau untuk menambah pengetahuannya dan juga buku-buku. Yang dulunya ada
bacaan remaja : Femina, Kartini. Tiap hari beliau masuk kampung dan mencari
anak-ank kampung. Dan dinas sosial mendengar kabar beliau. Sehingga bantuan dari dinsos untuk 96 anak-anak
terlantar dan beliau ditunjuk sebagai pembina anak-anak terlantar oleh dinas
sosial. Dan beliau membagikan dana yang diperoleh dari DINSOS.
Kepala Bank SumSel dan manajemen
SumSel mengatakan kepada beliau : “. Setiap pendapatan yang beliau terima dari
orang lain, selalu beliau tulis dibuku catatannya walaupun itu, besaran nominal
yang diterimanya hanyalah seribu, lima ribu selalu beliau catat. Banyak orang
yang mencibr, iri dengan apa yang dilalkukan beliau. Tapi apa yang telah
didapatkan beliau, langsunng beliau bagi kepada anak-anak di luar panti. Dan
salah satu anak diluar panti yang telah lulusan masuk IMB sekarang membantu
beliaula dngan fikiran dan tenaga beliau. Kebanyakan anak luar panti adalah
anak-anak yatim piatu. Kepala bank BRI menyumbang sebesar RP 25 ribu pada tahun
1999 dan beliau paling banyak menyumbangkan ke beliau untuk anak diluar panti.
2-3 tahun telah berjalan sebelum suaminya meninggal. Ada luluasan STAIN Manggar.
Beliau tidak terfikir akan anak-anak dan lulusannya yang beliau fikirkan adalah
bagaimana bisa membantu. Hanya itu yang terfikir oleh beliau.
Saat masuk ke kantor notaris, beliau
di cerca dengan pertanyaan dari sang notaris, “Ibu punya uang berapa?”, tanya
sang notaris. “Buka yayasan harus punya
modal uang?”, tanya beliau polos juga kepada sang notaris. “ Jadi selama ini
ibu dapat uang biayai anak panti gimana? Uangnya mana? Jadi ibu gak punya uang
sekarang? Masuk kantor notaris kan bayar?”, sederetan pertanyaan pun menghantui
beliau. “Iya ada teman saya yang bayar buk”, jawab beliau lagi. “Hebat Ibu. Saya akan bantu ibu”, ucap sang notaris. Subhanalloh
pertolongan Alloh juga datang dengan tak disnagka-sangka karena selama ini,
beliau hanya bisa melakuakan hal yang bisa dilakukan. Beliau slalu percaya
bahwa Alloh itu maha dekat dan mengabulkan perintaan hambaNya apalagi kalau
dirinya juga menyantuni anak yatim untuk di urus di pnatinyaa dan juga non
panti yang kebanyakan anak yatim. Sang notaris rela tidak dibayar biaya untuk
mengurus legalnya yayasan ini, hingga pelegalannya harus diurus di jakarta.
Subhanalloh...Alloh mengetahui apa yang kita butuhkan.
“Kalau
bisa tanggal pembuatan yayasan disamakan dengan meninggalnya suami saja. Saya
salut dengan ibu tanpa uang ibu berani datang ke notaris dan meminta untuk
membuat yayasan ibu menjadi legal”, kata sang notaris. 28 juli 2001 terbentuklah yayasan ini dengan
nama dan papan nama yayasan yang terletak di depan. Sang notaris mengurus segala
perlengkapannya untuk berdirinya yayasan tersebut hingga ke Jakarta dan diurus sampai
ke HAM. Dan orang-orangpun mengatakan bahwa ibu hebat. “Dalam hati saja, bukan
saya yang hebat. Yang hebat adalah sang notaris yang mengurus legalitas
yayaysan ini. Karena saya tidak tahu-menahu bagaimana prosesnya dan serumit
apa. Saya hanya tahu bahwa papan nama yayasan saya telah legal sekarang”,
jawabnya dalam hati polos. Yang saya baca bahwa anak-anak yatim gak boleh di sakiti
dan gak boleh dibuat menangis.
Pak
Tafsil, selalu dimintai bantuan, seorang anggota DPRD Belitung, beliau minta
karpet 3 metr untuk memenuhi lantai-lantai yang belum memiliki alasnya. Pak taf, saya mau minta
bantuan karpet 3 metr. Ah,, ibu ini ada-ada saja, ada anak-anak masa minta
bantuan karpet tiga meter. Lho pak saya kan minta, kalau bapak mau ngash satu
gulungan alhamdulillah, 3 meter alhamdulillah, gak dikasih ya juga gak apa-apa.
Semua lantaipun jadinya tertutup dengan karpet berkat bantuan pak tafsil.
selimut bekas dan segala perlengkapan pantinya diperoleh dari bantuan
teman-teman si ibu dan juga anak-anaknya.
Sekarang
yang telah berkembang dari yang hanya awalnya Panti Asuhan.., kini sudah
berdiri PAUD, TPA, dan asrama putra dan
putri. Kegiatan anak-anak, pulang sekolah istrirahat, memelihara ayam dan
memberi makan ayam, mennyiram kembang sampai jam 14.00 WIB sholat ashar, ngaji,
jam 17.00 WIB, beres-beres dan sholat maghrib, dzikir bersama-sama dan tidur. Hari
Sabtu-minggu kegiatan anak-anak boleh menonton TV pada malam harinya. Dari selesai
sholat isya sampai jam 10 WIB anak-anak
diperbolehnya menonton TV. Anak-anak juga dijatah untuk pulang sebanyak 3-4 orang
selama 3-4 hari. Dananak-anaknya ada yang berasal dari Tanjung Bingga, Jakarta,
Banten. Syarat untuk diterima menjadi anak panti asuhan adalah orangtuanya tidak
ada kemauan untuk menyekolahkan anak-anaknya
dan ditampung disini. Donatur memberikan beras, susu dan uang. Anak-anaknya tidak mengeluarkan biaya,
anak-anaknya mau sekolah dan orangtuanya tidak keiginan untuk belajar.
Bantuan dari pemerintah pun ada namun,
administrasi yang terlalu menyulitkan, anak-anak harus membuka rekeningnya masing-masing.
Itu yang adalah hal yang menyulitkan bagi pihak panti. Padahal,
uang yang terima pun tidaklah banyak hanya 6 juta saja. Karena ribet dan sulitnya jadi, bantuan dari pemerintahpun tidak mengalir lagi
selama dua tahun ini.
Hal
yang masih diingat, naik motor cari minyak tanah. Ambil kaleng, uang dan
diletakkan di Kantor Desa untuk mengantri membeli minyak tanah.
Karena si ibu, ada urusan lainnya, akhirnya dititipkan dengan petugas yang ada
kantor Desa. Namun, sekembalinya beliau menyelesiakan urusannya, akhirnya
beliaupun kembali lag ke kantor Desa dan ternyata minyak dikaleng pun tetap
tidak ada satu tetespun terisi. Kaleng tersebut tetap kosong seperti keadaan
semula. Geram, lelah dan sedih saat itu beliau alami karena minyak tak didapat,
sementara anak-anak membutuhkan makanan.
“Wiiih, umi gak dapat minyak nih!. Bilang sama Bendahara panti ya.., minta
anggaran agar besok kita pakai kompor gas!”, keluh beliau kepada pengurus
panti. Dan datanglah tamu dada ri gray
Hallo. Diundang ada acara. Kita minta komputer, cukup gak Pak untuk minta komputer?
Gak buk, jawab tamu yang datang.
2 orang dikirim ke barul
huda..adanya pengertian dan pemhaman kepada untuk meneruskan pendidikan SMP
meraka dan selanjutkan mengajar di panti. 3 orang anak ibu,
Dokter
hewan, s2 dokter-kecantikan dan istri org arab, sarjana perhotelan,
Membantu bukan harus memiliki
sesuatu dahulu. Membantu bisa di mulai
dengan niat yang bersih. Bangunan panti yang belum ada bisa dijadikan tempat
panti dengan menampung anak-anak yang berasal dari berbagai daerah di suatu
tempat bangunan yang tidak memiliki kemewahan sama sekali. Lantai masih
beralaskan tanah, kamar yang kosong hanya dua kamar dan itu dimanfaatkan untuk
menjadi kamar sementara para santri. 1 kamar untuk santri putra dan satu kamar
untuk santri putri. Tak menjadi masalah bagi ibu.
Indahnya
berbagi, walaupun bukan dengan mengeluarkan uang. Tapi, mengeluarkan tenaga,
akal dan segala yang dimiliki, yang terpenting niat yang suci dan hati penuh
dengan keikhlasan insya Alloh bala bantuankan datang dari berbagai arah.
0 Komentar