Kisah Inspiratif Ustadzah Yoyoh yusroh






Buku yang sangat menginspirasi banyak orang termasuk saya. Yang saya dapati dari buku ini adalah setiap rangkaian kehidupan harus dijalani dengan penuh makna, apapun itu, sekecil apapun itu meski dihargai dan diberikan proporsi karena bila tidak mendapat tempat dan waktu, niscaya suatu itu bisa menjadi hal yang dirasa asing bagi kita.

            Almarhumah bersama sang suami membesarkan tiga belas anaknya. Jumlah yang tidak dapat dikatakan sedikit, karena di negeri ini mengatakan dua anak lebih baik yaitu slogan dari kebijakan pemerintah. Dengan kepribadian yang sangat kuat, tidak takut apapun kecuali Alloh, sabar, tenang serta tahan banting dalam menata setiap pranata masyarakat madani yang diinginkan (utamanya kaum miskin, wanita dan anak-anak), tidak mengeluh dan selalu lebih mementingkan orang lain.

            Keberadaannya yang membawa perubahan, memberikan kesan yang sangat berarti dan ada rasa kehilangan yang mendalam pada orang-orang yang tercinta dan dekat dengan sosok hadirnya. Hidup harus dijalani dengan seutuhnya mengandalkan Alloh sebagai satu-satunya pihak yang paling berhak medapatkan seluruh penghormatan dan cinta serta persembahan bagi setiap langkah apapun saja yang dilakukan selama hidup di dunia. Perilakunya menjadi tauladan, sosok yang selalu dinanti hadirnya dan rasa sangat kehilangan ketika ia telah tiada.

            Beliaulah Yoyoh Yusroh yang sangat menginspirasi, sosok seorang ibu yang menjadi teladan, istri yang sholeha. Almarhumah biasa dipanggil oleh masyarakat setempat dengan sebutan Ummi, karena sosoknya yang begitu mengayomi, pendidik dan tauladan bagi orang disekitarnya dan sosok shohabiyah(bila masih diiberikan tempat bersama dengan Rasululloh SAW) yang patut dicontoh setiap perilakunya karena akhlak yang melekat kuat mulai dari didikan yang ada di rumah dan dengan dirinya yang memiliki nilai spiritualitas dengan Sang Pencipta yang luar biasa dan juga penjagaan diri dengan hafalan Al-Qur’annya yang baik. Dengan proporsi waktu yang beliau berikan sangat cermat sekali, ketika di rumah beliau memberikan totalitasnya untuk orang-orang yang ada di rumah dan keluarga besarnya, di DPR/MPR begitu juga, ada lagi anak didik beliau dalam mengkaji ilmu-ilmu islam yang seminggu 11-13 kelompok dengan jumlah satu kelompoknya yaitu 10-12 orang, namun ketika menjadi anggota legislatif hanya bisa membina 3 kelompok. Beliau bisa membagi waktu antara rumah, DPR/MPR, Pesantren Ummu Habibah dan di berbagai organisasi dengan sangat proporsional.

            Ayahanda Ummi juga membiasakan untuk tampil di depan orang banyak. Beliau melatih Ummi berpidato dengan teks terjemahan dari Arab Melayu sejak umur 5 tahun. Tidak jarang Ummi tampil memberi ceramah di majelis taklim di dekat rumah. Bahkan dihadapan orang yang lebih tua.

            Pembekalan sang ayah terhadap Ummi tidak hanya itu. Beliau sering  membacakan kisah-kisah para nabi dan para sahabat. Cerita-cerita yang sering dikisahkan sang ayah itulah yang sering menjadi modal Ummi saat menyajikan materi pidatonya. Karena itulah, kecintaan Ummi terhadap cerita-cerita para nabi dan keilmuan tentang dunia Islam, terutama sejarah, semakin mendalam.

            Peran sang ibu juga tak kalah Hebat. Emak, panggilan Ummi kepada ibunya. Pernah melarang Ummi membantunya membuat panganan di dapur. Kala itu Ramadhan, Ummi sangat ingin membantu Emak. Namun apa kata sang ibu, ”Sudahlah Nak, sana pergi saja mengaji. Bikin kue sih nanti juga bisa. Gampang dipelajari”. Akhirnya Ummi pun meneruskan utuk mengaji dan mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 5-6 kali setiap Ramadhan. Jika sudah demikian, hadiah pun akan menanti Ummi di hari lebaran.

            Ummi menempuh dua pendidikan di tingkat dasar, yaitu SD Negeri Jurumudi II dan Madrasah Al-Ishlahuddiniyah. Pagi hari sampai siang Ummi bersekolah di SDN Jurumudi. Sore harinya Ummi belajar agama di Madrasah Al-Islahuddiniyah. Jadi, pagi sampai dengan sore harinya diisi dengan aktivitas mengejar ilmu.

            Kisah unik di masa sekolah tingkat dasar ini, saat ”lompat kelas” yaitu dari kelas 2 ke kelas 4. hal tersebut terjadi karena kecerdasan yang dimiliki Ummi. Padahal, waktu itu Ummi belajar tanpa lampu penerangan yang memadai karena belum ada listrik di desanya. Bahkan Ummi diberikan kesempatan untuk langsung disertakan dalam ujian sekolah tingkat dasar, meskipun baru duduk di kelas 5. Ummi pun berhasil lulus.

            Pendidikan selanjutnya yang beliau tapaki adalah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) pertama di Tangerang selama 4 tahun. PGAN ini setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) sekarang, walaupun waktu belajarnya lebih lama satu tahun. Kemudian Ummi melanjutkan sekolahnya di Pendidikan Guru Agama Atas yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sekarang Madrasah Aliyah (MA).


Takut Iman Goyah

            Suatu ketika, satu keluarga non-Muslim akhirnya memutuskan untuk pindah dari lingkungnan Ummi tinggal. Dia tidak ingin berlama-lama menjadi tetangga Ummi. Bukan karena mulut Ummi yang usil atau tangan Ummi yang jahil. Dia juga pindah bukan karena berselisih dengan Ummi sekeluarga. Dia pindah karena kebaikan Ummi. Memang keramahan dan kebaikan Ummi dikenal dan dirasakan oleh banyak orang. Non-Muslim itu memandang dia harus pindah untuk menyelamatkan aqidah agamanya. Kebaikan Ummi seperti ”menembus” jaring pertahanan keyakinannya. Sempat juga terlontar kata, ”kalau begini terus lama-lama gue bisa pindah agama ini”.


Puasa Sunnah

            Salah satu contoh Ummi dalam mendidik anak berpuasa adalah dengan membangunkannya secara lembut. Ummi akan membelai-belai serta mencium anak-anaknya agar mereka terbangun. Ummi menghindari cara seperti memercikkan air ke muka dan cara kasar lainnya. Ummi juga menyiapkan sejumlah makanan yang membangkitkan selera anak. Pokoknya, segala cara yang menimbulkan kesan positif  bahwa ibadah itu menyenangkan, Ummi tempuh.

            Tidak mengherankan memang apabila pada usia 3,5 tahun saja anak-anaknya sudah terbiasa melakukan puasa Ramadhan. Salah satu hal mengharukan yang Ummi temui adalah ketika salah satu anaknya lulus SMA dan kemudian diterima di PTN favorit. Ummi pun mengajaknya untuk makan bersama, tetapi apa jawaban si anak, ”Enggak Mi, saya sedang shoum Daud”.


Pola belajar    

            Ummi mendidik anak-anaknya untuk mandiri dalam belajar. Hal terpenting dari ini adalah semangat berprestasi. Masing-masing anak harus mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan prestasinya, khususnya terkait dengan bakat yang mereka miliki. Dalam pengembangan bakat, Ummi dan suami termasuk orang tua yang demokratis. Ummi memberi anak-anaknya kebebasan memilih, tetapi harus tetap dalam koridor dan kaidah-kaidah dasar Islam.

            Salah satu contoh keberhasilan penerapan pola belajar Al-Qur’an adalah putranya yang kedelapan, Muhammad Ayyasy yang sudah berhasil menghafal 30 juz sejak usia 12 tahun. Kemudian putranya yang kesembilan dan kesepuluh, Walid Ghozin dan Adil Gholib yang masih berusaha keras untuk bisa seperti kakaknya, Ayyasy hafal 30 juzAl-Qur’an.

            Ummi juga mengajarkan buadaya membaca untuk diterapkan  di dalam ruimahnya. Ummi memang gemar membaca. Hobinya ini beliau tularkan kepada anak-anaknya. Ummi sangat senang ketika melihat anak-anaknya menggunakan waktu luang untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an.



Nasihat Untuk Sang Putra

Wahai putraku...
Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa dihadapan manusia...
Janganlah berbicara dalam berbagai urusan
kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya.
Dan jika seseorang datang membawa berita, cari bukti kebenarannya
Sebelum dengan berani engkau berbicara

Hati-hati dengan isu...jangan percayai setiap yang dikatakan,
Jangan pula percaya sesuatu yang setengah engkau lihat
Dan jika engkau
Mendapatkan cobaan berupa seorang musuh...
Hadapi dengan berbuat baik kepadanya...
Tolak dengan cara yang lebih baik, niscaya
Permusuhan itu berubah menjadi cinta kasih

Jika engkau hendak mengungkapkan kejujuran orang, ajaklah ia
Pergi bersama...dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap..
Penampilan lahiriyah akan luntur dan jati dirinya akan tersingkap!
Dan ”bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap
Yang tertutup, mengungkap akhlak dan tabiat”.

Jika engkau diserang banyak orang sementara engkau berada di atas kebenaran...
Atau jika engkau dioserang dengan kritikan-kritikan buruk...bergembiralah...sebab  mereka sebenarnya sedang berkata,”Engkau orang yang sukses dan berpengaruh”,
Sebab anjing yang mati tidak akan ditendang dan tidak dilempar
Kecuali pohon yang berbuah.

Wahai putraku...
Jika engkau hendak mengkritik, biasakan untuk meliahat dengan mata tawon lebah...
Dan jangan memandang orang lain dengan mata lalat, sebab engkau akan terjatuh
Kepada perkara yang busuk!

Tidurlah lebih awal wahai puteraku agar bisa bangun lebih awal...
Sebab keberkahan ada di pagi hari dan saya khawatir kehilangan
Kesempatan  mendapat rezeki Alloh Yang Maha Penyayang
Disebabkan engkau begadang di malam hari, sehingga tidak bisa bangun pagi hari!.

Ini sepenggal potongan nasihat untuk putra beliau. Wajahnya tersenyum ketika ajalnya dijemput, sungguh khusnul khotimah semoga Alloh memberikan Syurga yang terindah buat almarhumah. Karenanya dan melalui dirinya saya jadi banyak belajar arti hidup adalah untuk bermanfaat bagi orang lain, bukan malah menyusahkan orang lain atau bahkan menjadi momok yang harus diberantas karena pribadinya yang sama sekali tidak menjadi panutan. Dalam buku ini, saya bisa mendapatkan banyak manfaat, banyak pengalaman yang menjadikan saya untuk lebih banyak belajar dari hidup Almarhumah yang sangat inspiratif dan penuh pesona. Buku ini juga sempurna untuk menjadi biografi tokoh inspiratif Indonesia yang sekarang ini sedang mencari sosok-sosok yang bisa menginspirasi banyak orang. Subhanalloh, karena Alloh telah mengirimkan beliau didekat kita. Hadirnya buku ini memberikan arti bagi kita seorang wanita bagaimana menjadi wanita yang seutuhnya, ibu yang seutuhnya dan istri yang seutuhnya dengan akal, jasadiyah dan fikriyah yang semuanya harus memiliki keseimbangan, karena kalau hanya cerdas pada satu bidang saja niscaya hidup pun tak akan dapat mensyukuri apa yang diberikan Alloh SWT pada kita. Teruslah berbuat apapun itu kecil atau besar untuk kemajuan ummat, generasi penerus bangsa ini, Indonesia tercinta. Segera baca buku ini agar inspirasi yang di dapat tidak sedikit tapi totalitas dalam menginspirasi. Selamat Membaca Inspiratif untuk Indonesia.

Judul               :  Yoyoh Yusroh Mutiara yang Telah Tiada
Halaman          :   208 hal
Cetakan           :   I, Agustus 2011
Penulis             :   Tim GIP
Penerbit           :   Gema Insani



Posting Komentar

0 Komentar